Alhamdulillah…

Kemaren, suasana hatiku gak enak. Imbas ribut2 malem sebelumnya… Hati rasanya dah pollll menthok sakitnya. Di caci, dibentak, dikata2in kasar. Akhirnya, secara reflex aku menjauh. Biasanya, kemaren2 kalo ribut, aku masih bisa mencoba untuk stay on the track, mendekat padanya, melobi. Tapi kemaren enggak, tanpa aku sadari, aku memilih menjauh. Bahkan melihat wajahnya di wallpaper lappy pun aku tak mampu. Kalimat2 pedasnya yang menusuk hati terus terngiang2 di telinga, membuat sakit kepala, dada terasa sesak, sakit dalam hati.

Aku menjauhkan diri dari segala sesuatu yang mengingatkanku tentang suamiku. Ganti wallpaper lappy, gak buka Facebook blass, dan yang paling bikin phobia ya bunyi ringtone sms ama telpon masuk. Papa kemaren bolak-balik sms-telpon nanya keadaanku dikantor ( maklum, lagi diare berat coy…). Malah jadi tambah stress denger suara sms-telpon masuk. Tadinya salah satu HP masih aku nyalain, tapi gara2 stress HP bunyi terus, akhirnya OFF semua.

Dah… bener2 lost contact, gak mau denger ato liat suamiku rasanya. Sakit… itu aja yang aku rasain.

Menjelang jam pulang kantor, HP nomor S****** aku nyalain. Balik ke ruangan ternyata ada 4 misscalled dari dia. Tumben ? biasanya aku yang suka ngotot telpon kalo telponku gak diangkat. Gak nyangka ternyata suamiku bisa pulang karena ada jam kosong, gak nyangka lagi kalo suamiku dateng njemput aku ke kantor. Big surprise…. !!! Alhamdulillah…

Alhamdulillah, Ya Allah...

Liat suamiku duduk diatas motor seperti biasanya kemaren2 dia jemput rasanya seneng. Alhamdulillah… Susah digambarkan gimana ya perasaanku detik itu, yang jelas, seingatku reflexku ngliat dia adalah tersenyum. Ya, aku tersenyum.

Satu lagi hal yang membuat aku terkejut, tapi sekaligus bertanya2. Suamiku menangis… suamiku nanya ‘kenapa HP off semua?’, ‘bete ya ?’. Suamiku mangatakan maaf lalu menangis. Mendengar dia menanyakan perasaanku, mendengar dia minta maaf, semua rasa sakit yang tadi sempat tersamarkan oleh kejutan2 yang dia berikan, muncul lagi. Lebay-nya nih, dada rasanya kayak di tendang ratusan kaki kuda. Huuuuffttt…

Ketika kau bilang maaf,aku memaafkanmu, Mas. Itu karena komitmen pernikahan kita, karena aku sayang padamu… Aku memaafkanmu, setulusnya. Tapi justru karena aku memaafkanmu setulus2nya, tidak akan ada lagi kesempatan bagimu untuk mengulanginya lagi di kemudian hari, Mas. Tidak akan ada maaf yang kedua ato yang ke sekian untuk menyakiti hatiku, mengoyak2 komitmen pernikahan kita. Yang kemaren adalah yang terakhir kau sakiti aku. Tolong kau ingat itu.

Kau bilang kau menangis karena kau bersyukur ada yang memperhatikanmu. Aku tak habis pikir, apa hubungannya dengan masalah malam sebelumnya ? kau tak mau menjawab. Meskipun aku tak tahu benar alasanmu menangis, tapi aku mengucap syukur Alhamdulillah pada Allah SWT, Mas. Mungkin Dia mendengar tangisku, mendengar doaku untukmu. Mungkin Allah telah berkenan membukakan pintu hatimu, Mas. Menyadarkanmu. Alhamdulillah…

Pada-Nya aku selalu berdoa supaya Mas menjadi Imamku yang penuh kasih, lembut, bertanggung jawab pada istri di dunia dan akhirat nanti, menuntun, mengayomi dan mencintai aku sebagai istri. Aku berdoa suapaya Mas menjadi seorang Suamiku yang berpegang teguh pada komitmen pernikahan kita, jujur, setia, bisa menerimaku apa adanya, menjaga dan melindungiku, mencintai dan menyayangiku. Yang ku minta padamu adalah standarnya seorang suami yang baik. Tolong, jangan pernah lagi menyakitiku dengan hal2 yang tidak pantas dilakukan seorang suami pada istrinya. Tolong jangan sekalipun menggoyahkan komitmen pernikahan kita, saat kau emosi sekalipun. Jadilah imam dan suami yang baik serta bijak. Sekarang, nanti, kelak, selamanya...

Saat ini hatiku percaya bahwa suamiku tak akan mengulangi kesalahannya. Kalau suamiku menangis menyesal, berarti dia tahu benar seperti apa sakit hatiku dia perlakukan kurang pantas secara verbal. Dia tahu benar, bahwa saat hatiku benar2 merasa sakit, aku memang akan menjauh.

Ya Allah… aku mengucap Alhamdulillah untuk kejutan yang menyenangkan. Aku mengucap Alhamdulillah suamiku akhirnya sadar untuk meminta maaf atas hal kurang menyenangkan kemaren. Semoga tetap Kau jaga suamiku dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang Imam dan Suami…